YUZU Isotonic Akmil Open 2021 - Antara Latihan Panjang dan Demam Panggung

Serena Kani, salah satu atlet PB Djarum yang berlaga di YUZU Istonic Akmil Open 2021 (Edward Luhukay)
Serena Kani, salah satu atlet PB Djarum yang berlaga di YUZU Istonic Akmil Open 2021 (Edward Luhukay)
Nasional ‐ Created by EL

Magelang | Manajer Tim PB Djarum Fung Permadi mengakui, tekanan mental berlaga di ajang YUZU Istonic Akmil Open 2021 dialami sejumlah atlet binaan klub bulu tangkis asal Kudus, Jawa Tengah, tersebut. Latihan panjang dan hanya bertanding dengan rekan satu klub, justru menyulitkan para pemain beradaptasi dengan atmosfer kejuaraan atau turnamen berskala nasional, yang lenyap sejak pandemi Covid-19 membelenggu dunia.

"Selama pandemi, atlet-atlet kita yang ada di Jakarta, latihannya dipindah ke Kudus. Kemudian setelah hampir 15 bulan itu, mereka kan tidak pernah bertanding. Selalu latihan dan bertanding pada pertandingan-pertandingan internal (klub). Keluar dari asrama pun tidak kita perbolehkan," tutur Fung.

Nah, keikutsertaan PB Djarum pada YUZU Isotonic Akmil Open 2021 yang digelar di dua gedung olahraga (GOR) di Magelang, kata Fung, guna menilai hasil latihan panjang yang telah dilalui oleh para atlet. "Yang jelas, kami ingin melihat kemampuan mereka setelah sekian lama tidak bertanding. Dulu kan berbeda, justru pertandingan terlalu sering, sekarang malah tidak ada pertandingan," kata pria berkacamata ini.

Di GOR Djarum maupun GOR Soeroto di Magelang, tempat digelarnya kejuaraan ini, Fung memantau para atlet binaan PB Djarum yang berlaga. Matanya sangat fokus tertuju pada pertandingan kala atletnya bertanding melawan atlet klub lain. Bahkan, pria asal Purwokerto ini memantau setiap pertandingan yang tersaji di lima layar kaca di salah satu ruangan di GOR Djarum.

Lantas, apa kesan pertama Fung terhadap performa awal para atletnya? "Kebanyakan demam panggung!".

"Kalau saat latihan, saya pantau mereka sudah menunjukkan kemajuan yang cukup berarti, baik dari sisi kemampuan, kecepatan, fisik, serta segala macamnya. Tapi, kalau pertandingan tidak semuanya bisa mengeluarkan apa yang sudah bisa mereka lakukan di latihan, ini efek karena sudah terlalu lama tidak bertanding," paparnya.

Secara terbuka Fung menuturkan, tentu, juara sudah menjadi target setiap atlet yang berangkat ke Magelang. Namun, target juara pun perlu dibekali dengan peta kekuatan lawan. Sementara, di masa pandemi yang meniadakan kejuaraan maupun turnamen, membuat setiap atlet seolah memulai dari nol. Tak sedikit dari mereka yang "buta" kekuatan lawan.

Selain latihan panjang di Kudus selama masa pagebluk, Fung juga mengungkapkan siasat PB Djarum dalam pencarian atlet-atlet belia. Di kala virus korona jenis baru ini melanda hingga meniadakan Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis, para pelatih pun dikirim dari Kudus ke sejumlah klub mitra PB Djarum di berbagai daerah. "Karena tidak memungkinkan mengadakan audisi, kita memaksimalkan klub-klub rekanan," ungkapnya.

"Selama masa pandemi ini, kita kirimkan pelatih untuk meninjau ke sana, lalu berdiskusi tentang pembinaan dasar bagi para atlet. Begitu juga berdiskusi untuk kepentingan para pelatih, dengan harapan kualitas pelatih di klub-klub mitra PB Djarum itu bisa meningkat," demikian Fung.