"Gelar ini untuk tim Indonesia, untuk rakyat Indonesia, terus juga untuk orang tua kami, saudara-saudara kami, pelatih, serta pengurus," kata Daniel kepada tim Humas dan Media PP PBSI di Qingdao Conson Sports Centre, Qingdao, China.
"Gelar ini yang pertama untuk Indonesia, untuk masyarakat Indonesia, untuk keluarga di rumah, pelatih, PBSI, dan juga sponsor-sponsor. Terima kasih sudah mendukung tim Indonesia," Fikri, menimpali komentar partnernya.
Pada pertandingan pembuka, ganda campuran Rinov Rivaldy/Siti Fadia Silva Ramadhanti menghentikan perlawanan Gao Jia Xuan/Wu Meng Ying. Rinov/Fadia menang dua gim dengan skor akhir 21-11, 21-13 dalam tempo 31 menit.
Poin kedua bagi Indonesia disumbang oleh pebulu tangkis tunggal putra Alwi Farhan. Ia sukses menaklukkan Hu Zhe An melalui dua gim 21-15, 21-13 dalam tempo 48 menit.
China berhasil "mencuri" satu poin di partai ketiga melalui tunggal putri berperingkat ke-435 dunia, Xu Wen Jing. Ia menang atas Putri Kusuma Wardani melalui dua gim 21-12, 21-13 dalam pertandingan berdurasi 36 menit.
Kepastian gelar juara BAMTC 2025 diraih melalui kemenangan Fikri/Daniel atas pasangan tuan rumah, Chen Xu Jun/Huang Di, dengan skor 21-15, 21-9 dalam tempo 31 menit. "Pertama kita bersyukur dulu Indonesia bisa juara. Tadi juga posisi Indonesia sudah unggul 2-1, itu bikin kita (bermain) lebih lepas lagi, lebih percaya diri lagi," ungkap Fikri.
"Dan di sana (Chen/Huang) pun bermain ada tekanan juga, walaupun bermain di rumah sendiri. Itu yang bikin kita semangat," tambah atlet asal klub bulu tangkis SGS-PLN Bandung ini.
Hal hampir serupa juga dinyatakan oleh Daniel. Menurutnya, ia dan Fikri bermain lepas dan fokus untuk meraih kemenangan pada pertandingan ini. Keduanya juga merasa tak terpengaruh dengan ingar bingar dari tribune penonton. "Kami fokus ke pribadi kami masing-masing dan menerapkan strategi yang tepat. Dan semalam pun kami menonton pertandingan mereka juga untuk antisipasi kelebihan mereka," jelasnya.
Di sisi lain, pengalaman Fikri dan Daniel berlaga di sejumlah kejuaraan beregu, satu di antaranya adalah Piala Thomas, menjadi modal untuk menghadapi partai puncak BAMTC 2025. Meski demikian, Daniel mengakui tekanan tetap muncul saat berada di tengah lapangan. "Tapi kita, kan, inginnya juara. Jadi kita harus mencari cara untuk mengatasi pressure itu," kata pemain asal PB Djarum tersebut.
"Pengalamannya (bermain di final kejuaraan beregu) ada, sudah pernah merasakan juga. Jadi sudah tahu atmosfirnya kayak gimana, tekanannya kayak gimana. Tadi pas kita masuk lapangan kita benar-benar fokus, nggak mikirin apa-apa, pikirannya dikosongin untuk fokus di lapangan saja," demikian Fikri.


