Kirsty Gilmour Rindu Berkompetisi

Kirsty Gilmour (Skotlandia).
Kirsty Gilmour (Skotlandia).
Internasional ‐ Created by Bimo Tegar

Jakarta | Pebulutangkis tunggal putri Skotlandia, Kirsty Gilmour menuturkan bila dirinya sangat merindukan bulutangkis, terlebih pada atmosfer pertandingan. Sayangnya, setelah hampir dua bulan ini, seluruh turnamen internasional terpaksa ditangguhkan akibat pandemi. Padahal seharusnya Gilmour sedang berjuang untuk memperbaiki posisinya dalam kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020.

Saat ini, dalam kualifikasi Race to Tokyo yang sementara dibekukan, Gilmour berada diurutan ke-19. Mewakili Britania Raya, posisi tersebut masih tergolong aman untuk bisa berlaga di Olimpiade Tokyo 2020 yang akan berlangsung musim panas tahun depan.

Akibat pandemi, keinginan Gilmour untuk berkompetisi dan memperbaiki posisinya di tangga kualifikasi Olimpiade pun harus tertahan. Pasalnya, Sejak pertengah Maret lalu, tepatnya setelah kejuaraan All England 2020 BWF World Tour Super 1000 berakhir, belum ada lagi turnamen bulutangkis yang digelar. Jangankan untuk bertanding, kesempatan Gilmour untuk sekadar belatih di lapangan saja belum bisa terealisasi karena masih berlakunya aturan soal pembatasan sosial.

Alhasil, tunggal putri peringkat 28 dunia ini pun hanya bisa berlatih di rumah agar kondisi tubuhnya tetap bugar. “Saya benar-benar kehilangan elemen bulutangkis di lapangan. Bulutangkis adalah olahraga yang tidak dapat ditiru dengan cara lain, selain dengan cara bermain. Saya sedikit rindu berkompetisi, saya pikir bukan rahasia lagi bahwa saya orang yang cukup kompetitif,” kata Kirsty Gilmour dikutip dari bbc.com.

Untuk menghilangkan kejenuhan dan sedikit mengobati kerinduannya akan berkompetisi selama masa karantina atau penguncian, Gilmour pun lantas mengikuti beberapa tantangan di sosial media seperti memasukkan shuttlecock ke dalam lubang tisu toilet hingga melakukan ‘juggling’ shuttlecock menggunakan kepala dan batang raket.

“Saya hanya berpikir, mengapa tidak mencoba bersenang-senang di masa-masa pelik seperti ini. Saya juga melakukan beberapa pukulan ke dinding yang merupakan bagian dari latihan, hanya agar saya bisa tetap memegang raket. Kegiatan itu hanya untuk bersenang-senang dan mendorong orang lain untuk ikut juga, tak peduli apakah dia pemain bulutangkis atau hanya seseorang yang ingin berlatih,” tuturnya.

“Saya mencoba mencari cara untuk tetap berada dalam pola pikir kompetitif dan tetap benar-benar terikat dengan bulu tangkis,” sambungnya menambahkan.