Dalam laga final, Minggu (9/11), Raymond/Joaquin kalah tiga gim 21-16, 16-21, 6-21 dari wakil tuan rumah, Lee Jongmin/Wang Chan. "Kami (Chafidz Yusuf dan Andrei Adistia) berharap mereka bisa menyusul seniornya, tapi banyak yang perlu ditingkatkan lagi," ujar nyakepada tim Humas dan Media PP PBSI.
"Evaluasi untuk Raymond/Joaquin dari defense-nya harus banyak variasi, sebenarnya saat babak perempat final sudah bagus. Namun, hari ini mereka terbawa permainan lawan untuk terus ngadu, padahal kalau dari serangan di bola atas bisa banyak menghasilkan poin," Andrei, menjelaskan.
Dalam laga final yang berlangsung di Wonkwang University Cultural and Sports Center, Iksan, Jeonbuk State, Korea Selatan, khususnya di gim kedua dan ketiga, Raymond/Joaquin terlihat terlalu terburu-buru dalam menyelesaikan serangan. Andrei juga menilai, kedua pemain asuhannya itu kurang sabar dalam membangun poin. Padahal, laju kok yang cukup lambat serta pertahanan lawan yang rapat membuat pola permainan cepat tersebut kurang efektif. "Dan di gim ketiga tenaga tangannya cukup terkuras, itu jadi evaluasi kami untuk ke depannya," ungkapnya.
Andrei berharap, pada turnamen selanjutnya, Australia Open 2025, Raymond/Joaquin dapat melakukan evaluasi terhadap kekurangan yang masih terlihat pada turnamen kali ini, mengingat level kompetisi pada ajang tersebut akan lebih tinggi. "Dari kami, tim ganda pratama, senang untuk capain Raymond/Joaquin. Dan Kami berharap pasangan lainnya bisa cepat naik juga," pungkasnya.


