(Piala Sudirman) Utak-Atik Strategi Terbaik

Anthony Sinisuka Ginting (Indonesia) saat melakukan sesi latihan.
Anthony Sinisuka Ginting (Indonesia) saat melakukan sesi latihan. (Foto: PBSI)
Internasional ‐ Created by Bimo Tegar

Jakarta | Sebelum menghadapi Denmark di laga kedua babak penyisihan Grup B Piala Sudirman 2019, tim beregu campuran Indonesia, khususnya sektor tunggal putra, tengah mengutak-atik strategi terbaik dalam menentukan siapa yang akan dimainkan pada pertandingan besok (22/5). Kemungkinan besar, Denmark sendiri akan menurunkan Viktor Axelsen untuk menghadang kekuatan tunggal putra Indonesia yang diperkuat Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie dan Shesar Hiren Rhustavito.

“Penentuan pemain yang turun itu last minute, nanti ditentukan setelah rapat tim, kan ini pertandingan beregu. Intinya siapa pun yang diturunkan, yang penting selama dia bisa fokus, tidak melakukan kesalahan sendiri, kita yakin pasti bisa,” ujar Kepala Pelatih Tunggal Putra PBSI, Hendry Saputra Ho.

Berdasarkan data statistik, Jonatan punya catatan satu kali kemenangan dan tiga kekalahan atas Axelsen. Sedangkan Anthony unggul 2-1 dalam rekor pertemuan dengan tunggal putra peringkat tiga dunia itu. Sementara catatan pertarungan antara Shesar dan Axelsen masih belum ada ‘noda’ alias 0-0.

“Di pertemuan terakhir dengan Axelsen, Jonatan kalah di finishing, mati sendiri dan cara mainnya salah, salah stroke, sehingga mudah dimatikan lawan. Anthony pernah mengalahkan Axelsen, tapi jangan dilihat hanya dari rekor pertemuan, Anthony harus bisa kurangi kesalahan sendiri dan mainnya lebih fokus,” jelasnya.

Lebih lanjut Hendry menjelaskan jika penetapan susunan pemain di kejuaraan beregu seperti ini tidak hanya dilihat dari data statistik dan peluang saja, tapi juga kondisi terakhir serta kesiapan atletnya. Jonatan dan Shesar belum dimainkan, sedangkan penampilan Anthony di laga pembuka penyisihan Grup B Piala Sudirman 2019 melawan Toby Penty dari Inggris juga dikatakan Hendry tidak bisa menjadi patokan, karena lawan masih belum seimbang.

“Dilihat juga dari feeling terakhirnya bagaimana. Kalau pilih yang pasti menang kan pasti susah, dua-duanya kalau dipilih masih diharapkan bisa menang, bukan dipastikan menang. Kita semua tahu bahwa Axelsen pemain berpengalaman, yang penting pemain kita siap dan bisa antisipasi permainan lawan. Penampilan Anthony kemarin tidak bisa dijadikan patokan karena standard-nya lawan di bawah Anthony satu tingkat. Tapi kemarin Anthony memang harus turun untuk coba lapangan, itu harus supaya dapat feeling-nya, tidak bisa dadakan langsung main,” jelasnya.

Selain itu, Hendry juga mengatakan bila sosok Anthony dan Jonatan kali ini sudah jauh lebih matang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, terutama pada Piala Sudirman 2017 lalu di Gold Coast, Australia.

“Tiga-empat tahun lalu, Jonatan dan Anthony ibaratnya masih bagaikan bumi dan langit dengan Axelsen. Sekarang bisa mendekati, saya bersyukur. Tapi kan kita mau berharap lebih. Mau naik level yang lebih tinggi, ya saya harap mereka bisa konsisten, jangan gampang buang bola. Belajar terus, sampai kapan? Sampai terus, sampai menang,” ungkapnya.

“Kalau menurut saya Anthony dan Jonatan sudah bisa dibilang satu level dengan Axelsen dan pemain top lainnya,” tegas Hendry.