Setelah Greysia/Apriyani, Ganda Putri Indonesia Punya Pasangan Pelapis Level Dunia

Ganda putri Indonesia, Ribka Sugiarto/Siti Fadia Silva Ramadhanti.
Ganda putri Indonesia, Ribka Sugiarto/Siti Fadia Silva Ramadhanti.
Nasional ‐ Created by Bimo Tegar

Jakarta | Sektor ganda putri Indonesia akhirnya mampu mencatatkan sejarah baru menyusul kesuksesan Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang berhasil meraih medali emas di ajang Olimpiade Tokyo 2020. Hal itu tentu menjadi pencapaian tertinggi ganda putri Indonesia. Sebab, sejak 1992 silam, belum ada pasangan yang berhasil mempersembahkan medali emas untuk Merah Putih di panggung Olimpiade. Greysia/Apriyani jadi ganda putri pertama yang sukses mencatatkan prestasi manis itu.

Meski sangat membanggakan, namun sektor ganda putri Indonesia juga memiliki tantangan besar untuk menjaga kesuksesan tersebut. Apalagi mengingat usia Greysia yang sudah tidak muda lagi dan mendekati masa pensiun. Artinya regenerasi di ganda putri juga mesti berjalan dengan baik jika ingin mempertahankan bahkan meningkatkan pencapaian suksesor Greysia/Apriyani.

Ganda putri Indonesia sebetulnya sudah memiliki pasangan pelapis Greysia/Apriyani, yakni Ribka Sugiarto/Siti Fadia Silva Ramadhanti. Namun jarak antara Ribka/Fadia dan Greysia/Apriyani terpaut cukup jauh. Greysia/Apriyani ranking enam dunia, sedangkan Ribka/Fadia berada di peringkat 34 dunia.

Kepala Pelatih Ganda Putri Indonesia, Eng Hian berharap jika pencapaian medali emas Olimpiade Tokyo 2020 yang berhasil diraih Greysia/Apriyani bisa mejadi momentum kebangkitan prestasi ganda putri Indonesia lainnya, termasuk bagi Ribka/Fadia. Secara teknis, Eng Hian meyakini jika pemain pelapis Greysia/Apriyani sudah memiliki standar yang cukup bagus.

“Saya mempunyai keyakinan secara teknis, pemain pelapisnya Greysa/Apriyani itu mempunyai standar yang saya bilang cukup bagus, untuk masuk ke level dunia. Saya harap momentum Greysa/Apriyani menjuarai Olimpiade ini bisa lebih membangkitkan mereka semua, kepercayaan diri yang terutama,” kata Eng Hian mengutip dari pbdjarum.org.

“Yang kedua adalah mereka bisa melihat, hasil jerih payah Greysia/Apriyani itu sekarang bagaimana masyarakat mengapresiasinya. Itu saya harapkan bisa membuat mereka memiliki motivasi lebih tinggi lagi, keyakinan kalau saya di tim ganda putri itu bisa berprestasi lebih tinggi lagi,” sambungnya menambahkan.

“Kalau faktor teknis adalah faktor yang kasat mata, dan itu adalah tugas pelatih untuk meningkatkan. Tapi kalau faktor non teknis itu, saya sebagai pelatih tidak bisa bekerja sendiri. Butuh bantuan terutama dari atletnya sendiri, nanti butuh faktor pendukung, psikolog, sport scientist. Tapi lebih dari 50-60 persen itu kembali lagi saya harus meningkatkan faktor non teknis pemainnya dulu,” tutup Eng Hian.