"Untuk persiapan sejauh ini terpotong banyak pertandingan, karena minggu lalu (mengikuti kejuaraan) beregu Asia. Tapi dengan waktu yg pendek itu, strategi dan teknik di lapangan kita matangkan, dan dari segi fisik pemain kita sudah siap semua. Yang paling penting di pertandingan itu adalah pembawaan, terutama di mental mereka," papar pelatih kepala tunggal putri pelatnas bulu tangkis Indonesia Imam Tohari kepada wartawan, Rabu (19/2), di pelatnas PP PBSI, Cipayung, Jakarta.
Dalam lawatan tur Eropa, Komang Ayu Cahya Dewi menjadi satu-satunya wakil Indonesia di sektor tunggal putri pada German Open 2025 pada 25 Februari-2 Maret dan Orléans Masters 2025 (4-9 Maret). Sementara, Gregoria Mariska Tunjung dan Putri Kusuma Wardani turun pada All England 2025 (11-16 Maret). Kemudian pada Swiss Open 2025 (18-23 Maret), hanya Putri yang memperkuat "Merah Putih".
Lebih lanjut Imam menjelaskan, secara umum, para pemain asuhannya kerap melakukan kesalahan sendiri saat bertanding sehingga banyak poin yang terbuang. Tak sedikit di antara mereka yang selalu gagal melepas ketegangan, sehingga sangat berdampak pada performa di lapangan. "Saya sering melihat mereka masih banyak error sendiri, jadi di poin-poin penting itu masih terlalu banyak mikir dana itu sering menimbulkan permainan itu tidak keluar dengan semestinya," jelasnya.
Imam menyatakan, salah satu contoh adalah laga final Badminton Asia Mixed Team Championships 2025 antara Putri dan Xu Wen Jing asal China. Putri kalah untuk pertama kalinya dari empat pertandingan kejuaraan beregu campuran Asia tersebut. Bahkan, ia mampu menundukkan pemain berpengalaman asal Thailand, Busanan Ongbamrungphan, pada babak empat besar. "Saya lihat Putri itu ada tekanan, di situ biasanya dia susah untuk keluar. jadi kalau saya lihat set pertama dan set kedua itu hanya error-nya dia aja. Tapi pas dia saat tampil bagus, kualitasnya nggak seperti itu. Ini perlu pendekatan sambil berbicara dengan pemainnya," ungkapnya.
"Dia bilang tidak ada rasa tegang, cuma kalau saya lihat karena sangat ingin, rasa menangnya itu ada, tapi kalau berlebihan jadi begitu. jadi takut-takut kalah, jadi itu yang selalu dipikirkan," tambah mantan pelatih Kento Momot tersebut.
Sejak dipercaya melatih skuad tunggal putri pelatnas bulu tangkis Indonesia, Imam menilai belum melihat perkembangan signifikan yang ditunjukkan oleh pemain-pemain asuhannya. Namun, proses menuju konsistensi terus dibangun agar Gregoria dan kawan-kawan dapat bersaing di level elite dunia. "Proses ke situ harus ada. Terutama main lebih safe, jadi masih banyak mati yang tidak perlu. Tapi kalau dari segi teknik, mereka punya. Tapi kadang-kadang kapan saat masuk dulu, cari poin, itu yang masih dijalankan terus sampai sekarang," pungkasnya.


